Naskahdrama bahasa sunda 6 orang singkat lucu. Ah manèh moal matak beungeut siga bujur sèèng gè hayang jadi artis. Naskah drama bahasa sunda 9 orang. Lutung anu biasana patinggurayang harita mah teu kadéngé sora-sorana acan. Naskah drama bahasa sunda 7 orang tentang persahabatan. Naskah drama bahasa sunda lutung kasarung.
Naskah Drama Lutung Kasarung Adhesta Me—dimodifikasi oleh MT Narator “Alkisah, ada sebuah kerajaan di Pulau Jawa. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Tapa Agung yang didampingi oleh seorang ratu cantik bernama Dwi Ayu. Mereka mempunyai dua orang putri yang bernama Purbararang dan Purbasari yang tak kalah cantik dari Ibunya. Pada suatu hari, untuk melepas penat, Prabu Tapa Agung berjalan-jalan bersama istri tercintanya. Prabu Tapa Agung “Tenang sekali suasana di sini.” Ratu Dwi Ayu “Benar, di sini memang lebih tenang daripada di kerajaan.” Narator “Keduanya berjalan-jalan di hutan dekat kerjaaan, tanpa dikawal oleh para pengawal kerajaan. Di tengah jalan, ternyata sesuatu yang buruk terjadi pada Prabu Tapa Agung.” Prabu Tapa Agung “Jatuh, memegangi kakinya Ahh...” Ratu Dwi Ayu “Astaga, Raja... terduduk, ikut memegangi kaki Prabu Tapa Agung. Tolong... tolong... ” Narator “Syukurlah ada orang yang mendengar. Seorang Nenek yang tengah mencari kayu bakar datang. Ia menawarkan untuk mengobati Prabu Tapa Agung di rumahnya.” Nini Penyihir “Sambil menempelkan daun pada luka Raja Anda terkena duri semak. Jika Baginda selalu menempelkan daun ini pada lukanya, saya yakin pasti akan cepat sembuh.” Ratu Dwi Ayu “Terima kasih Nek, saya tidak tahu bagaimana nasib kami jika Nenek tidak ada.” Nini Penyihir “Tidak apa-apa. Ini, bawahalah! Menyerahkan kantong kecil. Tempelkan setiap hari.” Prabu Tapa Agung “Terima kasih banyak Nek.” Narator “Hari demi hari berlalu. Sejak kejadian Baginda Raja terjatuh di hutan, kesehatannya mulai menurun. Ia sering batuk dan tidak berselera makan. Umurnya yang tua juga menambah buruk kondisinya. Prabu Tapa Agung “Berbicara dengan nada tercekat sambil memegangi dada Aku sudah tua— uhuk. Mungkin sudah saatnya aku pergi—uhuk!” Ratu Dwi Ayu “Nada khawatir Jangan bicara begitu Suamiku.” Prabu Tapa Agung “Tidak Istriku. Sekarang memang sudah saatnya aku turun tahta. Aku— uhuk — akan menunjuk... Purbasari sebagai penggantiku.” Purbararang “marah Apa?!?!?! Ayahanda—mendekati Ayahnya aku adalah putri sulung, seharusnya Ayahanda memilihku.” Indrajaya “Ya, Ayahanda. Seharusnya Purbararang lah yang menjadi penerusmu!” Prabu Tapa Agung “Tidak, keputusanku sudah bulat.” Purbararang “Tapi Ayah—“ Ratu Dwi Ayu “Hentikan! Apa kalian tidak lihat Ayah kalian sekarat?! Tinggalkan ruangan ini sekarang!” Narator “Purbararang beserta tunangannya—Indrajaya merasa kesal karena keputusan Prabu Tapa Agung yang menurut mereka tidak adil. Hal tersebut menyulut kemarahan di antara keduanya. Setelah berpikir panjang, Purbararang menemukan sebuah rencana untuk mengembalikannya ke posisi yang ia inginkan.” Purbararang “Ayahku menyerahkan tahtanya pada Adikku yang bodoh itu! Tahu apa dia soal kerajaan?! Aku tidak mau tahu Nini, kau harus melakukan sesuatu pada Purbasari!” Nini Penyihir “Itu permasalahan kecil, kau tahu tidak ada yang tidak bisa ku lakukan. Tapi... kau pun juga tahu aku punya harga bukan?” Purbararang “Cih Melempar sekatung koin emas. Koinnya keluar Aku rasa ini cukup untuk mengutuk Purbasari.” Penyihir “Baiklah, tunggu saja.” Purbararang “Tertawa.” Narator “Selang beberapa hari, Nini si penyihir berusaha untuk menyelinap ke dalam kamar Purbasari. Saat ia berhasil, Nini langsung melancarkan rencananya untuk mencelakai Purbasari, yaitu dengan menumpahkan bubuk racun di kasur Purbasari. Keesokan harinya, kerajaan dihebohkan oleh Putri Purbsari yang tak lagi berparas cantik. Kulit tangan, kaki, bahkan wajahnya penuh dengan totol-totol hitam. Prabu Tapa Agung “Datang bersama ratu, dan Purbararang dengan tergopoh-gopoh Apa yang terjadi?!” Dayang “Saya tidak tahu Baginda Raja... Tiba-tiba saja kulit Tuan Putri menjadi seperti ini.” Semua “Terkejut” Purbararang “Astaga! Bau sekali! Mengipas-ngipas sekitar hidungnya. Lihatlah Ayahanda, apakah Ayahanda yakin ingin menurunkan tahta pada orang yang terkutuk seperti itu?” Purbasari “Ayahanda, aku juga tidak tahu apa-apa. Ibunda... apa yang telah terjadi pada diriku??? Sedih” Indrajaya “Datang dengan tergesa Baginda, rakyat mengeluhkan mengenai keputusanmu memilih Purbasari sebagai pewaris tahtamu.” Ratu Dwi Ayu “Baginda... Bagaimana ini? Menatap Purbasari Apa yang terjadi padamu Anakku? Sedih” Purbararang “Ayahanda, Purbasari tidak pantas menjadi seorang ratu! Apakah Ayahanda ingin membuat rakyat kecewa?” Prabu Tapa Agung “Hmm Wajah kecewa Kau benar putriku, dayang... tolong bawa Purbasari... ke pengasingan.” Purbasari “Apa?! Ayahanda, jangan usir aku. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi padaku. Aku mohon, Ibunda... tolong aku menangis.” Prabu Tapa Agung “Berhenti menangis putriku, kembalilah saat kau sudah sembuh. Dayang, cepat kau antarkan Purbasari!” Dayang “B—Baik Baginda, akan saya laksanakan.” Purbararang dan Indrajaya “Diam-diam tertawa senang.” Narator “Purbasari dan dayangnya pergi dari istana menuju hutan tempat pengasingan. Dayang begitu berat melepaskan Purbasari, namun titah raja mengharuskan mengantar Purbasari ke tempat itu.” Dayang “Maafkan saya Tuan Putri.” Purbasari “Tidak apa-apa dayang, Ayahanda sudah memerintahkannya Sedih.” Dayang “Baiklah, tapi sebagai permohonan maaf saya, biarkan saya mencarikan tempat tinggal untuk Tuan Putri.” Narator Lama setelah mereka berjalan-jalan, akhirnya mereka menemukan sebuah gubuk di tengah hutan. Setelah itu, barulah dayang melepas Purbasari. Perginya dayang menandai bahwa Purbasari harus tinggal sendiri dalam pengasingannya. Suatu hari, ketika Purbasari duduk di depan gubuknya, dia melihat seekor lutung yang muncul dari semak-semak.” Purbasari “Ketakutan Siapa kau?” Lutung Kasarung “Muncul dari semak-semak. Melambai-lambaikan tangan. Mengulurkan tangan untuk bersalaman” Purbasari “M—Mau apa kau?!” Lutung Kasarung “Menuliskan sesuatu di kertas bertuliskan Lutung Kasarung’ Purbasari “Lutung... Kasarung?” Lutung Kasarung “Mengangguk, mendekati Purbasari, mengulurkan tangan untuk bersalaman” Narator “Sejak saat itu, Purbasari dan Lutung Kasarung berteman. Lutung Kasarung kini tahu kenapa seorang putri kerajaan ada di tengah hutan sendirian. Lutung prihatin akan keadaan Purbasari. Ia menjadi sangat perhatian pada Purbasari. Ia membawakan Purbasari makanan, air dan sesekali membawa bunga-bunga yang indah. Pada suatu malam bulan purnama, Lutung Kasarung pergi ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Paginya, Purbasari mendapatinya.” Purbasari “Lutung... Apa yang sedang kamu lakukan?” Lutung Kasarung “Tuan Putri, mandilah di telaga ini.” Purbasari “Terkejut K—Kau? T—Tidak mungkin!!! Kenapa kau bisa bicara? Lalu—kenapa menyuruhku untuk mandi di sini???” Lutung Kasarung “Menarik tangan Purbasari. Jika kau mau kembali ke istana, ini satu-satunya jalan. Cepat, ceburkan dirimu!” Narator “Walau ragu, akhirnya Purbasari menceburkan dirinya ke telaga itu. Lalu sesuatu terjadi pada kulit Purbasari. Kulitnya menjadi bersih dan cantik kembali.” Purbasari “Tidak mungkin! Kulitku... kulitku kembali seperti semula. Lutung, terima kasih banyak! Kegirangan” Lutung Kasarung “Sama-sama. Sekarang, kau dapat kembali ke istana dan bergabung bersama keluargamu. Aku akan mengantarkanmu.” Narator “Keesokan harinya Purbasari dan Lutung Kasarung kembali ke istana. Semua orang terkejut, ada yang terkejut bahagia, dan ada yang terkejut kesal.” Dayang “Mencuci baju sambil menyanyi, kemudian terkejut. Pu—Putri Purbasari telah kembali! Baginda Raja!!! Baginda Ratu!!!” Purbararang “Kaget. Astaga! Memelankan suara Bagaimana ini bisa terjadi???” Dayang “Tuan Putri, apa Tuan Putri baik-baik saja? Apa Tuan Putri terluka? Syukurlah Tuan Putri kembali dengan cepat. Saya pikir saya tidak akan bertemu Tuan Putri lagi.” Purbasari “Iya dayang, aku baik-baik saja. Semua... berkat Lutung Kasarung. Menoleh lutung” Prabu Tapa Agung “Purbasari—uhuk Terjatuh.” Ratu Dwi Ayu “Terkejut Baginda!” Purbararang “Tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi! Ayahanda harus menyerahkan tahta kepadaku. Baiklah, aku kita berlomba! Narator “Purbasari menyanggupi tantangan dari Kakaknya—Purbararang. Berbagai kompetisi ia jalani. Mereka seri. Tibalah kompetisi terakhir, yakni kompetisi mengenai tunangan siapa yang paling tampan di antara mereka berdua.” Indrajaya “Angkuh. Aku adalah tunangan Purbararang. Aku adalah pria tertampan di kerajaan ini.” Purbasari “Gelisah, berucap dengan nada pelan Bagaimana ini?” Lutung Kasarung “Aku tunangannya!” Purbararang “Apa? Lutung? Tertawa Tidak mungkin! Tapi baiklah, jika seperti itu sudah jelas siapa pemenangnya.” Lutung Kasarung “Tunggu sebentar.” Narator “Lutung Kasarung tiba-tiba bersemedi. Ia berdoa agar dirinya dapat menjadi tandingan Indrajaya. Dan tanpa disangka-sangka, Lutung Kasarung berubah menjadi seorang pria tampan. Bahkan lebih tampan daripada Indrajaya. Narator “Lutung Kasarung pun melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari.” Semuanya “Terkejut” Purbasari “Kaget. Lutung... Kau—” Lutung Kasarung “Aku adalah pangeran dari kerajaan tetangga. Tapi aku dihukum akan kesombonganku. Sekarang aku sudah belajar untuk tidak mengulangi kesalahanku.” Indrajaya “Ti—tidak mungkin!” Purbararang ”Tidak mungkin! Aku sudah meracuni Ayahanda dan meracuni gadis itu! Kenapa jadi begini!!!” Ratu Dwi Ayu “Ap—Apa? Kau meracuni Ayahmu dan Adikmu sendiri?” FLASHBACK ON Purbararang “Bagaimana?! Bagaimana caranya???” Indrajaya “Racuni saja Raja!” Purbararang “Tid—“ Indrajaya “Lagipula Raja sudah tua, tak sanggup lagi untuk memimpin negeri ini. Biar aku yang menggantikannya. Kau setuju kan?” Purbararang “Tapi—“ Indrajaya “Aku memanggil seseorang Nini Penyihir datang. Ini Nini, dia pasti bisa melakukan sesuatu pada Raja tanpa seorang pun mengetahuinya. Jadi Nini, apa rencana anda?” Nini Penyihir “Mudah. Duri semak dan daun liar beracun. Itu akan menurunkan kesehatannya perlahan-lahan.” FLASHBACK OFF Narator “Meskipun Purbararang merupakan anak dari Raja dan Ratu, ia dan Indrajaya menerima hukuman atas apa yang telah mereka perbuat. Purbasari akhirnya menjadi seorang ratu didamping oleh seseorang yang tak pernah ia sangka, yang selalu ada untuknya meski dalam kesusahan—dia lah Lutung Kasarung.”
Naskahini merupakan naskah drama yang dulu saya dan teman-teman saya gunakan saat ujian praktek Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Lutung Kasarung Narator: "Alkisah, ada sebuah kerajaan di Pulau Jawa. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Tapa Agung yang mempunyai dua orang putri yang bernama Purbararang dan Purbasari.
Lutung Kasarung Dahulu kala ada seorang ratu yang adil dan bijaksana ia bernama Purba Tapa Agung, ia pun memiliki 2 orang putri yang sangat cantik mereka adalah Purbasari si sulung dan Purbararang si bungsu. Suatu hari sang ratu merasa risau karena sampai saat ini belum menemukan pewaris tahta yang tepat untuk menggantikannya. Ratu Purba Duh gusti, umurku sudah lanjut usia. Tapi sampai detik ini belum ada anakku yang pantas untuk mewarisi dan meneruskan pekerjaan ini. Dayang! Dayang Ada apa paduka ratu? Ratu Purba Panggilkan penasihatku, Sunan Ambu. Dayang Baik paduka. Kemudian, Sunan Ambu masuk. Ratu Purba Penasihatku, bagaimana ini? Umurku sudah semakin tua tetapi belum ada anakku yang pantas untuk mewarisi tahtaku. Sunan Ambu Wahai ratu yang baik, janganlah risau. Sudah saatnya kamu beristirahat. Tinggalkanlah istana. Dan berikanlah tahta itu kepada putri bungsu Purbasari. Laksanakanlah keinginanmu untuk jadi petapa. Ratu Purba Baik jika itu memang keputusan yang terbaik. Keesokan harinya.. Ratu Purba Dayang kemarilah! Panggilah kedua putriku kemari. Dayang Baik paduka. Hormat kami ibunda! Ratu Purba Bangunlah wahai putrid-putriku. Hari ini telah ibunda tetapkan, bahwa yang akan mewarisi tahta kerajaan ini Adalah Purbasari. Purbasari Mohon ampun ibunda. Tetapi, bukankah sebaiknya yang menjadi ratu dan yang mewarisi tahta kerajaan ini adalah kakanda Purbararang? Karena ia lebih pantas dibandingkan ananda. Indrajaya Mohon ampun ratu! Benar yang dikatakan Purbasari, bahwa Purbararang lah yang lebih pantas dibanding Purbasari. Ratu Purba Tidak, Purbasari lah yang lebih pantas! Ibunda percaya bahwa purbasari bisa menjadi teladan bagi rakyatku di kerajaan ini. Apakah kau tidak merasa keberatan Purbararang bila Purbasari yang menjadi Ratu di istana ini? Purbararang Tentu tidak ibunda, walaupun ananda ingin menjadi ratu di istana ini, tetapi jika ibunda telah memutuskan akan ananda terima dengan lapang dada. Ratu Purba Patih, beritakanlah pada seluruh pelosok negeri bahwa Purbasari akan menjadi ratu di kerajaan ini! Patih Baik, paduka ratu! Ratu Purba Baiklah, sekarang pergilah kalian untuk beristirahat. Dan untuk kamu Purbararang terima kasih telah menerima keputusan yang ibunda buat. Di sebuah ruangan, Purbararang tampak mondar-mandir kebingungan. Indrajaya Apa yang sedang adinda lakukan? Purbararang Adinda sedang mencari akal, bagaimana cara untuk mencelakai Purbasari. Agar ia tidak menjadi pewaris tahta kerajaan Pasir Batang ini. Indrajaya Adinda tidak perlu khawatir lagi, karena kanda telah menyediakan sebuah boreh yang bisa membuat Purbasari hitam kelam dan buruk rupa. Purbararang Ide yang sangat bagus kanda, karena adinda sudah tak sanggup lagi dibuatnya menderita. Ketika penjaga istana sedang beristirahat, purbararang dan Indrajayapun memasuki kamar Purbasari. Purbararang Ayo cepat taburkan boreh itu kanda! Indrajaya Iya dinda, tunggu sebentar! Nah, sudah selesai. Selesai dari itu semua, merekapun keluar dari kamar purbasari. Kesokan harinya, purbasari terbangun dari tidurnya dan mengambil cermin yang ada di atas mejanya. Purbasari Gusti, apa yang telah terjadi dengan wajahku? Mengapa kau datangkan penyakit yang aneh ini? Di sebuah ruangan, berkumpulah para penghuni istana karena telah mengetahui penyakit yang aneh itu. Purbararang Ibunda, ananda tidak ingin bila purbasari masih tinggal di istana ini karena dikhawatirkan penyakitnya akan menular kepada seluruh penghuni Pasir Batang ini. Indrajaya Betul yang di katakan Purbararang ratu, apakah ratu ingin semua rakyat tertular dengan penyakitnya yang aneh itu? Asingkan saja ia ke hutan! Ratu Purba Purbasari putriku, Ibunda tidak bisa berbuat apa-apa, mungkin kau akan ibunda asingkan sementara ke hutan. Karena ibundapun tak kuasa bila melihat penduduk Pasir Batang ini menderita. Seperti yang dikatakan Purbararang dan Indrajaya. Maafkan ibunda putriku! Purbasari Tidak apa ibunda! Ananda ikhlas bila harus meninggalkan istana dan tinggal di hutan mohon doanya ayahanda! Purbararang Patih cepatlah bawa dia pergi dari sini. Aku sudah tidak kuat melihatnya. Patih Baik putri Purbararang, saya akan membawa putri Purbasari jauh dari sini. Sesampainya di hutan.. Patih Tuan putri, bersabarlah! Jadikan pembuangan ini sebagai kesempatan bertapa memohon perlindungan dan kasih sayang para penghuni kahyangan. Purbasari Baik Patih, akan selalu ku ingat petuahmu itu. Patih Jangan khawatir! Lengser akan sering kemari dan mengirim persediaan. Purbasari Terima kasih Patih! Sementara di istana. Ratu Purba uhukhukuhuk! Dayang Apa yang terjadi paduka prabu, mengapa paduka sampai batuk darah seperti ini? Ini ada obat, silahkan diminum! Ratu Purba Terima kasih, Dayang. Biarkan aku rehat sejenak. Dan tolong panggilkan penasehatku. Dayang Baik, paduka ratu. Sunan Ambu Wahai ratu Purba, apakah kau sudah memutuskan pewaris tahta selanjutnya? Ratu Purba Belum. Aku sendiri sedang bingung dengan pewaris tahtaku karena Purbasari calon pewaris tahtaku kini sudah diasingkan ke hutan. Apakah aku harus menjadikan Purbararang sebagai ratu? Sunan Ambu Ya. Aku sudah mendengar kabar tentang putri Purbasari diasingkan ke hutan. Tetapi, sungguh aku tidak mempercayai kerajaan ini kepadanya. Biarkanlah kita menunggu putri Purbasari sembuh. Bukankah Lengser selalu menjaganya? Ratu Purba Benar, Sunan Ambu. Tetapi, akankah Purbasari akan sembuh? Sunan Ambu Semoga saja. Tenanglah paduka ratu. Selama putri Purbasari belom sembuh dan kembali ke kerajaan. Bersabarlah sedikit demi kerajaan ini dan aku akan membantumu. Ratu Purba Terima kasih, Sunan Ambu. Sunan Ambu Baik, paduka ratu. Hamba mohon undur diri supaya paduka bisa beristirahat. Di hutan. Purbasari Fuuhh.. fuuhh.. Akhirnya aku berhasil membuat api unggun sebagai penghangatku bermalam ini. *kresek kresek* Purbasari Hah! Siapa disana? Lutung Namaku Lutung. Purbasari Namaku Purbasari. Dimana kau? Aku tak dapat melihatmu karena di hutan ini begitu gelap. Keluarlah dari semak-semak. Lutung Tidak. Jika aku keluar. Maka kau akan terkejut. Purbasari Tak apa. Keluarlah. Lutung pun keluar dari semak-semak. Purbasari pun terkejut. Lutung Apakah aku terlalu menakutkan sehingga kau sangat terkejut seperti itu? Purbasari Tidak. Lalu, apakah kau tidak takut denganku yang penuh dengan boreh ini? Lutung Tentu tidak. Purbasari Apakah kau tinggal di hutan ini? Lutung Ya. Aku tinggal disini. Apakah kau juga tinggal disini? Tetapi, sepertinya tidak karena aku tidak pernah melihatmu. Purbasari Tidak. Aku adalah putri kerajaan Pasir Batang yang baru saja diasingkan ke hutan karena penyakit kutukan yang aku dapat ketika aku terbangun pagi ini. Lutung Mohon ampun tuan putri karena hamba telah lancang berbicara denganmu. Purbasari Bangunlah. Bagaimana denganmu? Kau tampak seperti manusia yang menyerupai kera. Apakah itu juga kutukan? Lutung Iya, ini adalah sebuah kutukan. Tapi kau sepertinya bukan kutukan. Lihat ada beberapa bubuk sisa disekitar wajahmu. Aku yakin itu adalah bubuk hasil tanaman Gympie. Purbasari Benarkah? Apakah ini bisa disembuhkan? Lutung Tentu tuan putri. Basuhlah wajahmu dengan air yang ada di jamban salaka itu. Beberapa saat kemudian. Purbasari Wajahku, terima kasih gusti kau telah memberikan kecantikanku kembali. Lutung! Lutung! Wajahku, lihat wajahku! Lutung Putri purbasari, kau cantik sekali Purbasari Terima kasih lutung, tapi kau terlalu memuji ku. Peristiwa di dalam hutan itu akhirnya terdengar lebih dahulu ke penasihat kerajaan, Sunan Ambu. Sunan Ambu Hai, Aki! Apa yang telah terjadi di hutan? Mengapa sangat menjadi buah bibir warga? Aki Anu, hutan kini menjadi taman. Ada jamban salaka yang sangat Indah dan belum lagi pimpinan seekor lutung yang sangat besar. Seekor lutung itu menyebabkan kami tidak berani memasuki taman itu. Sunan Ambu Benarkah? Aki Iya. Dan menurut warga yang lain, lutung yang besar itu berteman dengan putri Purbasari. Sunan Ambu Terima kasih Aki. Di kerajaan. Sunan Ambu Dayang, apakah paduka ratu ada dan bisa ditemui? Dayang Tentu. Beliau sedang beristirahat dikamarnya. Sunan Ambu Bagaimana dengan kondisinya? Dayang Kondisinya sedikit demi sedikit mulai membaik. Sunan Ambu Syukurlah. Dayang tolong sampaikan kepada paduka ratu bahwa hutan kini menjadi taman. Ada jamban salaka yang sangat Indah dan terdapat pimpinan seekor lutung yang sangat besar. Seekor lutung itu menyebabkan para warga tidak berani memasuki taman itu. Dan lutung yang besar itu berteman dengan putri Purbasari. Dayang Baik Sunan Ambu. Dayang menyampaikan ke ratu purba. Dayang Baginda ratu, Sunan ambu menyampaikan bahwa hutan kini menjadi taman. Ada jamban salaka yang sangat Indah dan terdapat pimpinan seekor lutung yang sangat besar. Seekor lutung itu menyebabkan para warga tidak berani memasuki taman itu. Dan lutung yang besar itu berteman dengan putri Purbasari. Ratu Purba Benarkah kabar itu adipatih? Patih Benar baginda ratu. Setiap hari saya mengunjungi hutan untuk memastikan kondisi putri Purbasari. Putri Purbasari kini telah menjadi cantik kembali karena lutung itu dan telah berteman dengannya. Purbararang Ibunda, apakah ibunda akan tetap menjadikannya seorang ratu jika Purbasari saja berteman dengan seekor siluman kera yang buas dan tidak jelas asal-usulnya. *Ratu pingsan* Semua panik. Purbararang Patih, Patih kemarilah! Patih Hamba hadir putri. Purbararang Patih, pergilah ke hutan. Sampaikan pada Purbasari bahwa saya menantangnya berlomba beradu kecantikan . Dan apabila warga menentukan bahwa saya yang lebih cantik maka ia akan di hukum pancung. Patih Baik tuan putri. Di hutan. Dayang Tuan putri, putri Purbararang menantang putri Purbasari. Purbasari Ayo katakan, katakan yang ingin Patih katakan. Patih Putri Purbararang menantang tuan putri beradu kecantikan. Dan apabila warga memilih bahwa putri Purbararang lah yang lebih cantik maka tuan putri akan di hukum pancung. Purbasari Kalau nasib saya harus mati muda, saya rela. Begitu bencikah Beliau kepada saya? Patih Mohon kesabarannya tuan putri. Tenang saja tuan putri, hamba yakin kau akan memenangkan perlombaan ini. Purbasari Terima kasih adipatih. Kabar perlombaan ini pun terdengar hingga ke kerajaan karena Patih yang memberitahu sang ratu. Ratu Purba Benarkah Patih bahwa Purbararang menantang Purbasari? Patih Benar baginda ratu. Ratu Purba Bagaimana ini Sunan Ambu? Kenapa putri-putriku jadi seperti ini? Sunan Ambu Biarkanlah baginda. Biarkan mereka berlomba seperti itu. Lagipula, perlombaannya terbuka jadi kita dan semua warga dapat menyaksikan perlombaannya bukan? Dan kita juga melihat secara langsung siapakah yang pantas menjadi ratu? Ratu Purba Baiklah jika seperti itu. Aku akan menghadiri perlombaan tersebut. Keesokan harinya Purbararang dan semuanya memasuki hutan. Purbararang Wahai penduduk Pasir Batang. Siapakah yang paling cantik antara kita berdua? Rakyat Putri Purbasari. Purbararang Baik, Purbasari marilah kita bertanding rambut. Siapa yang paling panjang rambutnya, dia menang. Lepas sanggulmu! Lengser Ternyata pemenangnya adalah Putri Purbasari !! Purbararang Hai orang-orang Pasir Batang, masih ada satu pertandingan yang tidak mungkin dimenangkan oleh Purbasari. Purbasari Pertandingan apa itu kakanda? Purbararang Dengarkan! Dalam pertandingan ini kalian harus membandingkan siapa diantara calon suami yang lebih tampan. Lihat kepada tunangan saya Indrajaya! Tampankah ia? Rakyat Tampan gusti ratu ! Purbararang Lebih keras, tampankah ia? Rakyat Tampan gusti ratu ! Purbararang Purbasari, sekarang kamu tidak bisa lolos. Kita akan bertanding membandingkan calon suami. Calon suamiku adalah Indrajaya yang tampan dan gagah itu. Siapakah calon suamimu? Indrajaya Siapa lagi kalau bukan lutung besar itu ! Purbasari Memang yang seharusnya menjadi calon suamiku lutung ! Berubahlah lutung kasarung menjadi pemuda yang tampan dan gagah. Guruminda Ratu kalian yang sebenarnya, purbasari. Telah mengatakan bahwa saya sudah seharusnya menjadi calon suaminya. Sebagai calon suaminya, saya harus melindungi dan membantunya. Tahtanya telah di rebut oleh Purbararang. Sebagai tunangan Purbararang, memang kau berada di pihaknya, Indrajaya! Oleh karena itu, marilah kita berperang tanding ! Dan akhirnya indrajaya pun kalah dan berlutut bersama purbararang di hadapan Guruminda dan Purbasari. Indrajaya Mohon ampun baginda. Purbararang Maafkan saya juga Purbasari. Patih Tuan putri, menurut hamba sebaiknya mereka dihukum saja karena sudah membuat tuan putri menderita selama ini. Dayang Benar tuan putri. Saya setuju dengan adipatih. Purbasari menangkap Purbararang yang sedang berlutut dan mengajaknya untuk berdiri. Purbasari Aku tidak akan menghukum kakakku sendiri, kakanda boleh tetap jadi ratu asalkan kakanda berjanji akan memimpin rakyat dengan sebaik-baiknya. Purbararang Kau memang sangat baik hati, setelah semua kejahatan yang aku lakukan kau dengan mudah memaafkanku. Kaulah yang seharusnya menjadi ratu. Kakanda sekarang sadar, mahkota ini lebih pantas berada di kepalamu. Maafkan aku Purbasari. Purbasari Dari sejak dahulu, aku telah memaafkan kakanda. Purbararang Ibunda maafkan putrimu yang jahat ini bunda. Ratu Purba Karena Purbasari telah memaafkanmu maka ibunda juga telah memaafkanmu. Dan akhirnya semua bahagia
. 437 208 457 381 328 441 190 84
naskah drama lutung kasarung lengkap